Ketuban bocor di usia kandungan 6 bulan, bayi ini hampir digugurkan atas saran dokter
Ketuban bocor adalah kondisi yang sangat berbahaya bagi ibu maupun janin di dalam kandungan. Bila terjadi air ketuban bocor di trimester pertama atau trimester kedua, bisa menyebabkan komplikasi fatal. Seperti keguguran, cacat lahir, kelahiran prematur, hingga kematian janin.
Nadine Shelley, seorang ibu di Utah, Amerika Serikat, membagikan kisahnya yang mengalami ketuban bocor di laman Facebook Love What Matters. Dokter sudah memberinya saran untuk kuretase, agar bayi dan Nadine serta suaminya tidak perlu menjalani proses kehamilan yang berat.
Pada bulan Mei 2017, Nadine menjalani pemeriksaan USG rutin. Saat itulah dia dan suaminya Garrett, menerima kabar buruk dari dokter. Air ketuban bocor dan membuat kesehatan bayinya dalam bahaya.

Nadine memaparkan, kondisi air ketuban bocor sebelum hari perkiraan lahir (HPL) bisa menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Seperti kerusakan otak, kebutaan, gangguan fisik hingga gangguan mental. Selain itu, nyawa Nadine juga dalam bahaya jika kehamilannya diteruskan.
Alasan inilah yang membuat dokter memberikan saran agar Nadine melakukan aborsi. Namun, pilihan ini amatlah sulit untuk diambil oleh Nadine dan suaminya.
"Sebagai seorang perawat, saya menghargai apa yang dokter katakan, dan memahami alasan dia merekomendasikan hal tersebut," papar Nadine.
Akan tetapi, naluri Nadine sebagai seorang ibu tidak mengizinkannya melakukan aborsi. Karena itu Nadine dan suaminya memutuskan untuk tidak melakukannya.
"Hal yang paling saya takutkan dari situasi ini adalah, saya tidak tahu apakah putraku akan baik-baik saja. Ada kemungkinan besar saya akan pulang dari rumah sakit tanpa bayiku di pelukanku," kata Nadine seperti dikutip dari Babble.
Akhirnya, Nadine melahirkan putranya Brayden di usia kandungan 28 minggu. Terlalu dini untuk bisa bertahan hidup sendiri. Brayden langsung dimasukkan ke NICU, di mana ia menjalani perawatan intensif selama 76 hari.

Hari-hari selama Brayden di NICU dijalani Nadine dengan penuh kekhawatiran, dan pertanyaan akankah bayinya mampu bertahan. Namun, staf di NICU membantunya menjalani hari-hari tersebut dengan lebih tenang.
Mereka menjadi teman terbaik Nadine selama Brayden berada di NICU. Mereka memberikan dampak positif pada kondisi psikologis Nadine. Selain menghibur Nadine, mereka juga memberikan perhatian layaknya orangtua kandung kepada Brayden.
"Mereka mencintai Brayden, mereka menenangannya saat menangis, menyanyi untuknya, memeluknya saat Brayden membutuhkan. Hal inilah yang tidak akan pernah bisa kubalas," ujar Nadine.
Selain staff NICU, orangtua Nadine dan tetangganya juga turut memberikan dukungan dalam masa-masa sulit saat Brayden dirawat. Mereka mau menjaga anak pertama Nadine yang baru berusia 18 bulan, saat Nadine dan Garrett pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Brayden.
Dukungan inilah yang membuat Nadine dan suaminya tetap optimis dalam menjalani masa sulit tersebut. Hingga akhirnya Brayden bisa dibawa pulang ke rumah dalam keadaan sehat.
Brayden kini berusia setahun dan tumbuh menjadi anak yang sehat.
"Secara fisik, dia berusia 1 tahun. Tapi secara usia kandungan, dia masih 9 bulan. Karena dia lahir 3 bulan lebih awal. Dia sekarang suka merangkak kemanapun, dan memiliki senyum terindah yang pernah kulihat," ujar Nadine dengan bangga.

Mengenali ketuban bocor dan cara tepat menanganinya
Untuk menghindari komplikasi akibat air ketuban yang bocor sebelum waktunya, Bunda harus bisa membedakan cairan yang keluar dari vagina, apakah keputihan, air kencing atau air ketuban.
Air ketuban berwarna bening, kadang agak kekuningan dan sering meninggalkan bekas bintik-bintik putih di celana dalam. Kadang, air ketuban yang merembes bisa disertai lendir atau darah. Air ketuban ini tidak berbau seperti air kencing atau cairan vagina lainnya.
Waspadai jika Bunda sedang tidak melakukan apapun namun vagina mengeluarkan cairan bening yang tak berbau secara terus-menerus. Bisa jadi Anda mengalami air ketuban merembes akibat pecahnya lapisan kantung ketuban.
Faktor risiko ketuban bocor yang harus Bunda waspadai:
- Pernah melahirkan bayi prematur di kehamilan sebelumnya
- Penyakit seperti IMS, dan pneumonia
- Pernah menjalani operasi leher rahim
- Leher rahim pendek atau bentuk rahim kurang normal
- Mengalami perdarahan di trimester kedua dan ketiga
- Konsumsi alkohol, rokok dan asupan gizi yang tidak tercukupi saat hamil
Air ketuban yang merembes dalam jumlah sedikit dan tidak terlalu sering memang dianggap normal. Namun, jika volume air ketuban yang berkurang terlalu banyak, bisa berisiko fatal bagi ibu maupun bayi.
Apabila air ketuban terlalu sedikit, tali pusar bisa terlilit dan mengurangi asupan oksigen ke janin. Sehingga membuat bayi harus dilahirkan secara prematur dengan jalan cesar.
Bila air ketuban merembes sebelum HPL datang, biasanya dokter akan memberikan saran untuk bedrest, juga obat-obatan untuk mencegah infeksi. Atau untuk menguatkan janin di dalam kandungan.
Semoga bermanfaat.
Sumber: id.theasianparent.com
Although from birth we use a variety of communication techniques and styles and develop a range of different skills, its easy to fall into the trap of using ineffective communication, which can have a negative impact at home and at work. We have all seen examples of ineffective communication from politicians, senior policeman and newspaper editors and others but how aware are you of your own communication skills and whether you communicate effectively.
Listed below are 10 examples of ineffective communication hat are commonly seen in the workplace. See which of these examples resonate with you and think about what you would to do to communicate more effectively.
1. Not listening: Theres nothing more likely to annoy people in the work place if they are not listened to. You often see people ask How are you? without bothering to listen to the answer. If youre asking questions or issuing instructions its important to listen to whats being said in order to give the appropriate response
2. Failing to ask for clarification: Theres nothing wrong in not understanding something, but its a poor strategy not to ask for clarification if you need it.
3. Speaking at the wrong level: In order to communicate effectively, its important to speak at the right level of the audience. Work colleagues neither appreciate being patronised or having someone talk about things they have no understanding of.
4. Using jargon: Can you remember starting a new job and everyone seems to be speaking another language. This is often because people pepper their language with jargon and acronyms that people are not familiar with. Dont make assumptions that people will know
5. Being critical and negative: If you have a default attitude where you are always negative or critical of other peoples suggestions, ideas, plans or work, it can have a detrimental effect on individual and team relationships.
6. Using sarcasm: Sarcasm irritates and humiliates people, nor is it conducive to having good relationships with colleagues. Careless words can hurt people. Avoid using it.
7. Using excessive anger: Some people think that shouting and screaming at others is an acceptable way to behave, but it isnt. Apart from if you do it regularly you could quite easily be accused of bullying it is not conducive to any message that you are trying to convey being heard and acted upon.
8. Communicating in an emotional state: Whether you're angry or upset about something, its always better to delay communicating with other people in case you say or write something that is either inappropriate or you later regret. Having to retract things can be very difficult.
9. Using poor non-verbal communication: Its very easy to upset people by using poor non-verbal communication, with gestures such as pointing fingers to emphasise a point or expressions such as raised eyebrows to express disbelief or invading someone elses personal space.
10. Being insincere: If your body language is at odds with your verbal communication, it can annoy and confuse people and lead to a possible breakdown in working relationships
This is not an exhaustive list of ineffective communication examples but they are some of the most common. Being aware of the way you communicate and the impact that it has on others is an important part of maintaining successful working relationships and developing long term career success.
Posting Komentar